N: | Dengan terburu-buru akan panggilan alamnya, B berlari dari luar rumah masuk ke rumah dengan tujuan utamanya adalah kamar mandi. Segala halangan dan rintangan dia lewati, dari kawat berduri, ranjau laut, ranjau darat, dan A yang sedang tengkurap menontop televisi pun dia loncati. Rintangan terakhir inilah yang menyebabkan kericuhan terjadi. Kejadian ini terjadi ketika mereka masih kanak-kanak. |
A: | Uwooh, B! |
B: | Fiuh, iya, apa?(Barusan keluar dari kamar mandi) |
A: | Kau telah melakukan perbuatan dosa besar! Kau memiliki hutang darah! |
B: | Wegah! Apa itu? cuma ngelompatin orang harus bayar pakai darah |
A: | Pokoknya hutang darahmu harus dibayar buat menghapus dosa! |
B: | Nih tak kasih koreng, itu juga dari darah(sok tahu) wek!(korengnya pun dilemparkan ke A) |
A: | Gak BISA! darahnya harus darah segar satu ember! Dibayar ke Allah |
B: | EDAN! Aku mati dong kehabisan darah! Gak mutu! |
A: | Ya gak papa, nanti dosamu tadi sudah terhapuskan(Andai ini benar, ini bisa jadi sophistry untuk bunuh diri) |
B: | Ih masa' kehidupan disia-siakan buat hal seperti itu |
A: | Kandani kok, ngeyel. Udah ah aku pulang aja, gak ikut-ikut |
B: | Heh jangan kabur! Bagaimana cara bayar hutangya? Gak mutu(Nada mengejek) |
A: | Pokoknya ada |
B: | Mhmhmh aku belum pernah liat berita di tv tentang utang darah! Gak percaya! Ibu juga gak pernah ngajarin wek! |
E: | Ada apa sih kok ribut? |
A: | Mbak E, hutang darah itu gak mutu ya |
E: | (Speechless dan mengabaikan B) |
Catatan Tentang cerita ini: Sebenarnya cerita ini sebagian besar memang fiktif, tetapi berdasarkan pengalaman nyata. A dan B anak-anak yang sebaya dengan E hanya sebagai figuran di cerita ini. Cerita ini yang versi pendek sepertinya juga ada di blog ini.
Komentar
Posting Komentar