Cita-cita, sebuah harapan dan impian di masa depan. Kekuatan besar yang dimiliki oleh kaum penuh harapan. Keinginan yang (seharusnya) tercapai kelak.
Mungkin sudah bisa ditebak post kali ini bakal mengarah kemana. "Yak! Toh Jangan Mengeluh!" Walaupun intinya ini bakal penuh keluh kesah gundah gulana merana mempesona.
Sudah banyak yang membahasa, memperingatkan, (bahkan menggunakannya sebagai dasar untuk menyalahkan pihak lain), serta berbagi tentang cita-cita. Tipikal kisahnya pun cenderung berkisah tentang:
Soal cita-cita dulu waktu saya masih kanak-kanak bercita-cita ingin menjadi pilot. Ya, itu adalah jawaban yang asal jawab ketika ada orang lain yang tanya. Entah apa alasannya, walaupun mungkin juga tanpa ada alasan sama sekali (hal yang bisa ada tanpa ada alasan adalah cinta sebagai alasan itu sendiri). Seiring berjalannya waktu saya (merasa) sadar tidak mampu dengan mempertimbangkan postur tubuh(TINGGI BADAN! :x) serta keterbatasan jarak pandang. Akhirnya cita-cita tersebut saya buang walaupun sebenarnya sudah terlupakan sejak masuk sekolah.
Ketika SD sudah kehilangan arah, dan tidak mau sekolah (baca: madesur, gak punya impian) menyebabkan mempunyai cita-cita itu terasa sia-sia. Namun suatu hari dikala kelas 5 SD (kayaknya) bu guru bertanya tentang cita-cita para siswa. Karena bingung mau jadi apa, akhirnya teringat pekerjaan Ibu saya yaitu seorang dosen. Akhirnya asal jawab deh mau jadi dosen. Dalam hati gak ada keinginan untuk menjadi seorang pengajar, tapi karena gak enak kalau jawab gak punya jadi jawab itu aja.
Cita-cita menjadi dosen itu pun lama-lama terlupakan juga namun muncul impian-impian dan keinginan karena telah melihat berbagi hal (di TV terutama). Dari menjadi seorang petualang alam, astronom, ilmuan, (hingga filsuf) yang kebanyakan terpengaruh acara dokumenter macam national geographic. Dulu juga pernah ngomong tentang vaksin virus DHF yang mungkin akan kukembangkan dari penilitian ibu saya (Yang kalo dinalar seharusnya masuk ke kedokteran atau biologi tapi entah kenapa sekarang gak ada minat). Untuk keadaan masuk ke informatika itu karena salah satu motivasi saya dulu (dari keterpurukan masa SD) adalah dari komputer (WOW!). Minat banget dengan komputer dan sering beli majalah komputer untuk seorang anak SD. Namun kurang bisa berkembang karena tidak bisa menjelajah dunia maya dan sifat antisosial yang kebangetan. Bahkan ketika kenal dunia maya pun masih antisosial, dikala remaja-remaja smp membuat akun friendster, daku hanya memandang rendah mereka dengan akun gemerlap dan bahasa mereka yang perlu didecode terlebih dahulu. Jaman SMP internet cuma dipake buat nyari game dan info game. Itu pun game ringan atau emulator-an yang bukan kelas konsol atau game populer yang dimainkan secara multiplayer maupun online gaming. Pada akhirnya di awal masa SMA dunia komputer hanya saya anggap hobi (lama). Saya tertinggal jauh oleh perkembangan teknologi. Merasa kalah, dalam keadaan ini biasanya saya cuek atau malah perjuangkan habis-habisan. Namun yang saya lakaukan adalah...(apa ya? ._.)
Ya kalau dipikir-pikir saya ini memliki pikiran liar petualang. Jadi teringat lagi (banyak banget ya flashbacknya? ahahaha) guru SMP yang memandang rendah petualang sebagai orang liar tak berpendidikan, dan entah kenapa saya tidak terima akan hal tersebut @_@.
Ada cita-cita aneh lain namun segera terlupakan yaitu jadi pustakawan, karena punya hobi baca buku. (hobi yang awalnya terpaksa karena merasa gak punya hobi). Andaikan jadi pustakawan kan bisa nyempetin baca-baca buku yang ada di perpustakaan. Namun, merasa konyol saja hidupku nanti :| (maaf gak bermaksud nyinggung pustakawan) jadi saya buang lagi deh (mohon maaf lagi, pustakawan itu keren kok! >.<).
Akhirnya saya (merasa) sadar bahwa hobi saya ini adalah mengetahui dan bisa melakukan hal yang baru hal yang tak terungkap (oleh saya). Karena saya juga suka nonton TV, dan hal-hal lain yang bikin penasaran. Seharusnya saya jadi seorang penjelajah atau petualang macam The Wild Thornberry saja. Namun karena untuk mendapatkan pengetahuan bisa dengan berbagai cara, sempat terpikir juga menjadi ilmuan di bidang Kimia atau Fisika (atau Biologi).
Berhubungan lagi dengan pengetahuan luas, berhubungan juga dengan kisah ayahnya ibuku, atau bisa disebut juga kakekku. Ibuku, sering bercerita tentang kehidupan kakekku, dari kanak-kanak hingga masa tuanya. Lhoh kok tau masa mudanya? Kakekku termasuk orang yang "kaloka" di pare kediri sana jadi mungkin Ibu saya tahu dari kisah-kisah yang diceritakan orang-orang dan nenek juga mungkin. Terkenal dengan pengetahuannya yang luas. Sebenarnya bidang yang digelutinya adalah sastra arab(kayaknya). Pekerjaan tetap di kemenag, serta secara tidak tetap mengajar bahasa arab di berbagai pesantren. Hal yang membuatnya terkenal adalah ketika ditanyakan pendapat atau tanggapan dalam suatu forum, beliau bisa memberikan tanggapan yang mengagumkan (itulah yang orang-orang katakan, jangan tanya saya bagaimana) terutama tentang masalah agama yang melingkup ke berbagai bidang duniawi lainnya. Bisa dikatakan juga beliau adalah seorang Ustadz. Jadi terpikir, apakah saya jadi ustadz saja? ._. Kisah tersebut menjadi "mak jleb" ketika tahu kisah lain tentang asal usul nama saya. Kata ibu saya yang katanya ayah saya, arti nama saya itu adalah bibit unggul. Dengan harapan dan doa pula agar si bibit unggul ini kelak menjadi seperti kakeknya. Melihat diri saya yang seperti saat ini.... T_T hiks.....
Sekarang saya kuliah di informatika, dan jujur saja saya masih awang-awangan pekerjaan saya nanti bakal jadi apa. Saya mungkin akan mencari pekerjaan yang saya cintai, entah apa itu nanti. Soal impian saya saat ini.... mungkin adalah harapan dan doa dari orang tua saya (baca paragraf sebelumnya!).
Jadi Cita-cita di dunia itu memang perlu, walaupun dalam perjalanannya akan berubah dan berganti. Hal itu tidak akan jadi masalah, tapi jadi masalah ketika cita-cita di dunia itu tidak ada walaupun tujuan hidup bukan hanya mengejar cita-cita.
Sekian dari saya, mohon maaf apabila ada salah sebut kisah, dan cerita yang tidak sesuai dengan fakta. Kebenaran di mata manusia semu, Kebenaran hanya milik Allah swt. Wassalam,
Mungkin sudah bisa ditebak post kali ini bakal mengarah kemana. "Yak! Toh Jangan Mengeluh!" Walaupun intinya ini bakal penuh keluh kesah gundah gulana merana mempesona.
Sudah banyak yang membahasa, memperingatkan, (bahkan menggunakannya sebagai dasar untuk menyalahkan pihak lain), serta berbagi tentang cita-cita. Tipikal kisahnya pun cenderung berkisah tentang:
"Di kala masa kanak-kanak mereka memiliki impian dan cita-cita yang tinggi. Seiring berjalannya waktu, banyak yang (merasa) sadar bahwa dirinya tidak mampu kemudian melupakan cita-cita dan impiannya. Namun masih ada segelintir orang yang masih terus berjuang hingga cita-citanya terwujud. Segelintir orang inilah kaum penuh harapan. (Yang meraih cita-citanya dengan cara apapun entah cara baik atau tidak). Apakah kalian mau jadi bagian dari kaum tersebut?" - AnonimSebenarnya kutipan di atas bukan kutipan, tapi kisah tipikal. Sering juga dijadikan sebagai motivasi. Sekarang lanjut ke bagian curcol. (lhoh?)
Soal cita-cita dulu waktu saya masih kanak-kanak bercita-cita ingin menjadi pilot. Ya, itu adalah jawaban yang asal jawab ketika ada orang lain yang tanya. Entah apa alasannya, walaupun mungkin juga tanpa ada alasan sama sekali (hal yang bisa ada tanpa ada alasan adalah cinta sebagai alasan itu sendiri). Seiring berjalannya waktu saya (merasa) sadar tidak mampu dengan mempertimbangkan postur tubuh(TINGGI BADAN! :x) serta keterbatasan jarak pandang. Akhirnya cita-cita tersebut saya buang walaupun sebenarnya sudah terlupakan sejak masuk sekolah.
Ketika SD sudah kehilangan arah, dan tidak mau sekolah (baca: madesur, gak punya impian) menyebabkan mempunyai cita-cita itu terasa sia-sia. Namun suatu hari dikala kelas 5 SD (kayaknya) bu guru bertanya tentang cita-cita para siswa. Karena bingung mau jadi apa, akhirnya teringat pekerjaan Ibu saya yaitu seorang dosen. Akhirnya asal jawab deh mau jadi dosen. Dalam hati gak ada keinginan untuk menjadi seorang pengajar, tapi karena gak enak kalau jawab gak punya jadi jawab itu aja.
Cita-cita menjadi dosen itu pun lama-lama terlupakan juga namun muncul impian-impian dan keinginan karena telah melihat berbagi hal (di TV terutama). Dari menjadi seorang petualang alam, astronom, ilmuan, (hingga filsuf) yang kebanyakan terpengaruh acara dokumenter macam national geographic. Dulu juga pernah ngomong tentang vaksin virus DHF yang mungkin akan kukembangkan dari penilitian ibu saya (Yang kalo dinalar seharusnya masuk ke kedokteran atau biologi tapi entah kenapa sekarang gak ada minat). Untuk keadaan masuk ke informatika itu karena salah satu motivasi saya dulu (dari keterpurukan masa SD) adalah dari komputer (WOW!). Minat banget dengan komputer dan sering beli majalah komputer untuk seorang anak SD. Namun kurang bisa berkembang karena tidak bisa menjelajah dunia maya dan sifat antisosial yang kebangetan. Bahkan ketika kenal dunia maya pun masih antisosial, dikala remaja-remaja smp membuat akun friendster, daku hanya memandang rendah mereka dengan akun gemerlap dan bahasa mereka yang perlu didecode terlebih dahulu. Jaman SMP internet cuma dipake buat nyari game dan info game. Itu pun game ringan atau emulator-an yang bukan kelas konsol atau game populer yang dimainkan secara multiplayer maupun online gaming. Pada akhirnya di awal masa SMA dunia komputer hanya saya anggap hobi (lama). Saya tertinggal jauh oleh perkembangan teknologi. Merasa kalah, dalam keadaan ini biasanya saya cuek atau malah perjuangkan habis-habisan. Namun yang saya lakaukan adalah...(apa ya? ._.)
Ya kalau dipikir-pikir saya ini memliki pikiran liar petualang. Jadi teringat lagi (banyak banget ya flashbacknya? ahahaha) guru SMP yang memandang rendah petualang sebagai orang liar tak berpendidikan, dan entah kenapa saya tidak terima akan hal tersebut @_@.
Ada cita-cita aneh lain namun segera terlupakan yaitu jadi pustakawan, karena punya hobi baca buku. (hobi yang awalnya terpaksa karena merasa gak punya hobi
Akhirnya saya (merasa) sadar bahwa hobi saya ini adalah mengetahui dan bisa melakukan hal yang baru hal yang tak terungkap (oleh saya). Karena saya juga suka nonton TV, dan hal-hal lain yang bikin penasaran. Seharusnya
Berhubungan lagi dengan pengetahuan luas, berhubungan juga dengan kisah ayahnya ibuku, atau bisa disebut juga kakekku. Ibuku, sering bercerita tentang kehidupan kakekku, dari kanak-kanak hingga masa tuanya. Lhoh kok tau masa mudanya? Kakekku termasuk orang yang "kaloka" di pare kediri sana jadi mungkin Ibu saya tahu dari kisah-kisah yang diceritakan orang-orang dan nenek juga mungkin. Terkenal dengan pengetahuannya yang luas. Sebenarnya bidang yang digelutinya adalah sastra arab(kayaknya). Pekerjaan tetap di kemenag, serta secara tidak tetap mengajar bahasa arab di berbagai pesantren. Hal yang membuatnya terkenal adalah ketika ditanyakan pendapat atau tanggapan dalam suatu forum, beliau bisa memberikan tanggapan yang mengagumkan (itulah yang orang-orang katakan, jangan tanya saya bagaimana) terutama tentang masalah agama yang melingkup ke berbagai bidang duniawi lainnya. Bisa dikatakan juga beliau adalah seorang Ustadz. Jadi terpikir, apakah saya jadi ustadz saja? ._. Kisah tersebut menjadi "mak jleb" ketika tahu kisah lain tentang asal usul nama saya. Kata ibu saya yang katanya ayah saya, arti nama saya itu adalah bibit unggul. Dengan harapan dan doa pula agar si bibit unggul ini kelak menjadi seperti kakeknya. Melihat diri saya yang seperti saat ini.... T_T hiks.....
Sekarang saya kuliah di informatika, dan jujur saja saya masih awang-awangan pekerjaan saya nanti bakal jadi apa. Saya mungkin akan mencari pekerjaan yang saya cintai, entah apa itu nanti. Soal impian saya saat ini.... mungkin adalah harapan dan doa dari orang tua saya (baca paragraf sebelumnya!).
Jadi Cita-cita di dunia itu memang perlu, walaupun dalam perjalanannya akan berubah dan berganti. Hal itu tidak akan jadi masalah, tapi jadi masalah ketika cita-cita di dunia itu tidak ada walaupun tujuan hidup bukan hanya mengejar cita-cita.
Sekian dari saya, mohon maaf apabila ada salah sebut kisah, dan cerita yang tidak sesuai dengan fakta. Kebenaran di mata manusia semu, Kebenaran hanya milik Allah swt. Wassalam,
Komentar
Posting Komentar