Sang antagonis. Sebuah peran yang ada untuk dibenci, ditakuti, dipandang hina, dan semacamnya. Entah hanya dalam sebuah cerita fiksi ataupun dalam kehidupan nyata, peran sang antagonis selalu ada. Namun yang saya bahas kali ini bukan betapa buruknya peran antagonis, melainkan sudut pandang alternatif terhadap peran antagonis.
Sedikit curhat sudut pandang saya. Ketika orang-orang membenci dan jijik kepada orang-orang berperan antagonis, saya malah sering merasa kasihan kepada sang antagonis. Entah itu dalam sebuah cerita yang sudah dirancang sedemikian rupa, entah itu dunia nyata yang ternyata tidak jauh berbeda. Menurut saya, mereka hanya salah dimengerti, dan mungkin tidak mau dimengerti pula. Atau yaitu mereka hanya menjalani peran mereka sesuai skenario, baik skenario cerita maupun kehidupan.
Saya sendiri juga bingung, kok bisa-bisanya merasa iba kepada sang antagonis. Peran yang notabene selalu merepotkan, menyiksa, bersikap jahat kepada sang protagonis. Rasanya saya bisa merasakan rasa sakit yang sama ketika keadaan berbalik arah ke sang antagonis, ketika sang antagonis tersiksa dan kalah. Padahal sebagian besar orang mungkin akan senang dan lega ketika melihat keadaan berbalik arah ke sang antagonis. Mungkin cerita yang sering saya lihat / baca memang dirancang untuk agar tokoh antagonis terlihat menyedihkan? Entahlah.
Ada beberapa contoh cerita yang tokoh antagonsinya menurut saya sangat menyedihkan. Pertama adalah Trio Team Rocket di serial Pokemon. Entah mengapa rasanya mereka bukan merupakan tokoh cerita yang harus dibenci. Jujur saja saya malah lebih tidak suka ke Ash dan pikachu.... entahlah pembicaraan ini jadi makin aneh saja ya haha.
Lanjut ke cerita lainnya yaitu dari Harry Potter. Entahlah... (entahlah lagi!!!!) saya ada sedikit rasa kasihan ke Voldemort. Tokoh yang menjalani perannya dengan baik, namun rasanya masih ada hal yang menyedihkan. (Coba cek background kehidupan Tom Riddle :q). Lalu ada tokoh lain yang mungkin memang dari ceritanya dirancang demikian. Prof. Snape yang di Novel-novel awalnya memberikan kesan antagonsi ternyata... (teruskan sendiri) (QwQ ) ugh menyedihkan sekali.
Contoh lainnya lagi adalah di Tom and Jerry, Tom sering digambarkan sebagai tokoh antagonisnya. Selalu kalah, dan tersiksa. Ya walaupun saya juga kurang yakin sih, yang bikin cerita mau membuat Tom ini sebagai sang antagonis atau bukan.
Lalu ada rahwana, di ramayana. Apalagi jika lihat cerita rawayana yang dijabarkan oleh Sudjiwotedjo, Rahwana yang berniat untuk mengakhiri hidupnya karena tak tahan dengan malu yang dipikulnya, dihentikan para dewa lalu disuruh(?) untuk menjadi tokoh jahat dalam dunia ini agar dunia ini ada simbol untuk dibenci. oleh semua orang. Cerita lanjutannya cari aja sendiri deh pokoknya membuat berpikir ulang tentang peran sang antagonis sebenarnya.
Lalu ada rahwana, di ramayana. Apalagi jika lihat cerita rawayana yang dijabarkan oleh Sudjiwotedjo, Rahwana yang berniat untuk mengakhiri hidupnya karena tak tahan dengan malu yang dipikulnya, dihentikan para dewa lalu disuruh(?) untuk menjadi tokoh jahat dalam dunia ini agar dunia ini ada simbol untuk dibenci. oleh semua orang. Cerita lanjutannya cari aja sendiri deh pokoknya membuat berpikir ulang tentang peran sang antagonis sebenarnya.
Masih ada banyak cerita-cerita lain sih, tapi saya bingung mau menyebutkannya... haha (CMIIW ya kalau ada kesalahan di bagian ini :D)
Perlu diketahui bahwa —dan sudah saya singgung berulang-ulang tadi— perlakuan sang antagonis ini juga berlaku di dunia nyata. Saya sering kasihan kepada orang-orang yang dibenci disekitarnya, sehingga mereka dianggap jahat, licik, sombong, egois, dll. Bisa saja kan, ada latar belakang yang memaksa mereka menjadi seperti itu. Latar belakang tersebut bisa dari diri mereka sendiri, atau bahkan dari lingkungan sekitar mereka. Bahkan juga mungkin sifat antagonis mereka datang dari pemikiran mereka yang masih polos(naif) namun salah arah.
Lalu harus bagaimana dengan sang antagonis di dunia nyata ini? Apa harus dibenci dan dijauhi? Mungkin iya agar mereka dapat menjalani peran mereka dengan baik. Walaupun saya tidak akan dengan mudah membenci seseorang karena sifat antagonisnya. Sekali lagi, menurut saya mereka hanya menjalani peran yang mereka terima agar dunia ini seimbang mungkin. Atau ada entitas lebih jahat lainnya yang membuatnya menjadi jahat. Jadi apakah ada yang lebih antagonis lagi? Belum tentu. Bisa saja yang membuatnya jahat adalah karena kepolosan protagonis, yang ternyata bisa berimbas buruk ke sang antagonis? Atau sang protagonis yang sebenarnya adalah orang yang sangat jahat namun seolah-olah menjadi orang baik dan tidak berdaya dan membuat sang antagonis membencinya? Loh posisinya kok jadi berbalik? Inilah efek yang paling umum di pengubahan sudut pandang.
Mungkin ini dulu, maaf jika kurang bisa memberikan sudut pandang alternatif untuk artikel alternatif pertama saya ini. semoga bermanfaat.
Referensi tambahan:
Rahwana
Lalu harus bagaimana dengan sang antagonis di dunia nyata ini? Apa harus dibenci dan dijauhi? Mungkin iya agar mereka dapat menjalani peran mereka dengan baik. Walaupun saya tidak akan dengan mudah membenci seseorang karena sifat antagonisnya. Sekali lagi, menurut saya mereka hanya menjalani peran yang mereka terima agar dunia ini seimbang mungkin. Atau ada entitas lebih jahat lainnya yang membuatnya menjadi jahat. Jadi apakah ada yang lebih antagonis lagi? Belum tentu. Bisa saja yang membuatnya jahat adalah karena kepolosan protagonis, yang ternyata bisa berimbas buruk ke sang antagonis? Atau sang protagonis yang sebenarnya adalah orang yang sangat jahat namun seolah-olah menjadi orang baik dan tidak berdaya dan membuat sang antagonis membencinya? Loh posisinya kok jadi berbalik? Inilah efek yang paling umum di pengubahan sudut pandang.
Mungkin ini dulu, maaf jika kurang bisa memberikan sudut pandang alternatif untuk artikel alternatif pertama saya ini. semoga bermanfaat.
Referensi tambahan:
Rahwana
Hoho menarik.
BalasHapusKalau menurut saya, setiap orang baik dalam kehidupan nyata maupun kehidupan fiktif menjalani peran antagonis, protagonis dan netralgonis(?) secara paralel. Nggak ada yang mutlak menjalankan 1 peran.
Dalam kasus Voldemort mungkin buat Anda dan penonton lain dia protagonis, tp buat para Death Eater dia adalah tokoh protagonis.
Yang jelas setiap peran harus dimaksimalkan dengan baik. Kalau jadi protagonis, jadilah protagonis yang benar2 PRO. Begitu juga buat antagonis dan netralgonis(?).
CMIIW muehehe :v
aih how insightful komen dari bang hezby. Iya pada akhirnya peran itu hanya menjadi relatif. Mungkin saya ini cenderung jadi orang jahat gitu ya hahaha :v
BalasHapus