Di zaman modern dan kece seperti ini, siapa sih yang gak kesrempet Social Media? Dari perkotaan hingga pedesaan, dari muda hingga tua, dari luar hingga dalam, dari dari dari dari, dan seterusnya sudah menggunakan social media yang modern. Kita juga mengenal social media seperti FB, twitter, g+, dan sebangsanya.
Berdasarkan hasil pengamatan saya, social media itu lebih sering digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan perhatian dari khalayak umum. Misalkan saja update status FB. Pasti macem-macem bentuknya tapi intinya kebanyakan (atau semuanya?) adalah ajang cari perhatian. Seakan-akan tiap status itu berteriak, "Perhatikan aku! aku adalah segalanya untukmu!". Lalu berharap like, share, serta komentar sehingga yang membagikan status tersebut merasa populer dan menjadi pusat perhatian. Entah itu secara jelas dapat terlihat orang tersebut meminta perhatian maupun tidak terlihat sama sekali, pada dasarnya ada rasa ingin diperhatikan(perlu penelitian lebih lanjut). Hal ini juga berlaku lho terutama untuk twitter dengan retweet, reply, dan fav-nya serta mungkin berlaku pula untuk g+ dengan +1, share, serta komentarnya.
Dipastikan, akan ada orang yang menganggap orang-orang yang rajin update status yang agaknya nampak jelas cari perhatian itu Attention Whore. Para penganggap tersebut kemungkinan besar akan update status atau ngetweet juga seperti, "Dasar, attention whore". Mereka mungkin tidak sadar bahwa mereka bisa saja bagian dari para Attention Whore karena telah update status. Sekalian curhat sedikit bahwa saya sendiri juga sering begitu(berharap perhatian, #cih), walaupun dulu sering mengelaknya.
Jadi menurut saya bahwa bagaimana pun bentuknya maupun modus yang diutarakannya, social media itu digunakan sebagai ajang cari perhatian. Tidak peduli itu bentuknya share-share-an suatu artikel, status galau, kisah sedih, berita bahagia, jual barang, j̶u̶a̶l̶ ̶d̶i̶r̶i̶, dan teman-temannya itu dalam hati kecil pelaku ada rasa ingin untuk diperhatikan (karena itu yang saya rasakan #tsah).
Duh Mulai terdengar curhat tak tahu malu nih ya. Sekian dulu deh, see ya!
Jadi menurut saya bahwa bagaimana pun bentuknya maupun modus yang diutarakannya, social media itu digunakan sebagai ajang cari perhatian. Tidak peduli itu bentuknya share-share-an suatu artikel, status galau, kisah sedih, berita bahagia, jual barang, j̶u̶a̶l̶ ̶d̶i̶r̶i̶, dan teman-temannya itu dalam hati kecil pelaku ada rasa ingin untuk diperhatikan (karena itu yang saya rasakan #tsah).
Duh Mulai terdengar curhat tak tahu malu nih ya. Sekian dulu deh, see ya!
Komentar
Posting Komentar