Langsung ke konten utama

I hated society, this world, and myself

Perjalanan pulang ke rumah saya yang syahdu mengingatkan memori tentang masalah sosial saya. Dengan jalan kaki dari kontrakan menuju depan kampus, berbagai kenangan entah kenapa langsung membanjiri pikiran saya. Teringat suatu keadaan bahwa saya membenci kehidupan sosial saya. Entahlah apakah saya sekarang masih membencinya atau tidak.

Benci bukan berarti penuh membencinya hingga melaknatnya atau mengutuknya, bukan berarti pula sekedar sebel dan kesal kepadanya(society, this world, and myself). Anggap saja tingkat kebencian saya diantara dua parameter tersebut. Toh, saya menyadari bahwa saya ini membencinya baru-baru ini. Kok bisa? Bisa, karena dulu saya punya asumsi bahwa tak ada hal apapun yang saya benci dan saya menolak untuk mengakuinya. Hal aneh ini pula yang cukup menjelaskan kalimat di awal paragraf ini.
Masihkah saya membencinya? entahlah... Sudah saya jawab tadi dan saya jawab lagi sekarang.
Hidup antisosial juga baru saja saya akui akhir-akhir ini. Saya tidak mau mengakui bahwa saya ini antisosial hingga akhir-akhir SMA. Padahal sudah jelas bahwa saya punya masalah dalam berinteraksi sosial. Seperitnya saya benar-benar buta hati dan keras kepala ya haha..
Saya akan bercerita dari sejak kapan sifat sulit berinteraksi ini mulai dan berkembang. Ketidakmampuan saya berinteraksi yang paling awal mungkin adalah saat berada di playgroup/penitipan anak (Mungkin sudah ada yang pernah membacanya?). Berhadapan dengan orang-orang asing dan ditinggal orang tua, mungkin ini wajar bagi anak kecil yang cengeng seperti saya.(Cengeng? ya saya memang cengeng! gembeng! :v) Jadi, entah ini awal yang tepat atau tidak, tetapi yang jelas jika ada orang yang saya kenal di sana mungkin akan lain ceritanya.
Berlanjut ke tingkat Taman Kanak-kanak, situasi-nya hampir mirip dengan penitipan anak, ditambah lagi TK saya yang amat jauh dari rumah. Padahal teman bermain saya ya cuma disekitar rumah. Sayangnya teman bermain saya kebanyakan beda umur dengan saya, antara lebih muda atau lebih tua.
Hari-hari di TK saya jalani dengan terpaksa, yang penting berangkat. Entah saya punya teman atau tidak, saya tidak punya kenangan spesifik di sana. Tiap hari sabtu, anak-anak selalu diajak jalan-jalan ke taman dan dibiarkan bebas bermain di luar (dengan pengawasan tentunya). Namun, yang saya lakukan hanya bermain sendiri, seolah-oleh ikut bermain dengan yang lain.
Eh, tapi ada kenangan spesifik juga sih, dulu saya pernah ikut Drum band dan tari sebentar tapi tidak saya teruskan. Tapi kayaknya sih pernah jadi penari latar di acara pentas seni apa gitu dengan baju loreng-loreng hitam. Tidak lupa juga saya pernah menolak dan tidak mau ikut study wisata dan memilih di rumah nonton TV karena acara tersebut ada di hari Minggu(Ingatlah masa emas anime,kartun,&toku di masa itu :o). Apabila ikut ke sana, entah bagaimana saya akan bersenang-senang.
Berlanjut ke tingkat SD. Kenangan - kenangan di masa ini cukup banyak. Namun, karena terjadi sebuah guncangan mental yang terakumulasi, banyak yang telah terlupakan. Sebenarnya ada sih teman ketika saya SD. Bahkan cukup akrab hingga sampai ejek-ejekan. Namun, saya bukanlah anak yang bisa menerima candaan begitu saja. Kakak saya bilang saya ini terlalu serius menanggapinya.
Oh iya, di SD ini saya kehilangan kemampuan menulis saya dengan tangan kiri. Padahal ketika TK saya biasa menggambar dan menggunakan alat tulis dengan tangan kiri. Saat SD kelas 1 pun masih ambidexter, bisa kanan bisa kiri. Mungkin karena letak bangku saya yang lebih sering di sisi kanan sehingga takut menganggu teman sebangku saya.
Pernah suatu ketika saya dibully dan disuruh menyiapkan uang 1000 rupiah. Jika tidak, maka saya akan dipukul diperut. Kemudian ada seorang teman dan kebetulan dia anak baru meminjam uangku 500. Dia terlihat sangat membutuhkannya dan akhirnya saya berikan uang seribu tersebut, dan dia memberi saya kembalian 500. Kembalian itu pun langsung saya gunakan jajan karena saya lapar. Tiba-tiba bully kids datang dan menagih uang 1000. Saya bilang saja uang tersebut saya berikan ke yang meminjam tadi tanpa menjelaskan bahwa uang itu awalnya dipinjam (Secara fisik kan bener kan kalau uang seribu itu saya berikan? Duh bodohnya saya =w=). Yang terjadi berikutnya bukannya saya ditonjok, tetapi malah terjadi framing. Yang meminjam uang tadi dituduh memalak saya uang seribu! Dua bully kids tadi pun mengadukannya ke Guru. Akhirnya anak yang meminjam uang tadi meminta maaf dan akan mengembalikan uang tersebut. Padahal dia tidak salah apapun! Rasa bersalah mengalir ke seluruh tubuh saya. Bingung dan tidak tahu harus bilang apa. Saya lupa uang 1000 tersebut saya terima atau tidak. Yang jelas saya mohon maaf kepada korban framing karena saya tidak mampu berkata-kata saat itu. Oh ya hal ini terjadi ketika saya masih kelas 1 SD.
Membolos, hal yang membuat saya dikenal ketika SD. Pernah suatu hari entah saat kelas berapa, saya pernah membolos sekolah. Karena sudah terlambat, saya tidak berani masuk ke sekolah dan yang mengantarkan saya sudah pulang. Saya cuma bisa wira-wiri gak jelas di area luar sekolah, menunggu hingga jam pulang sekolah. Namun, di kala jam istirahat ada kakak kelas yang keluar area sekolah untuk jajan. Melihat adik kelas aneh yang membawa tas di luar sekolah sepertinya membuat dia curiga. Dia pun langsung membawa saya masuk ke sekolah, dan mengantarkan saya ke ruang guru. Akhirnya saya pun diantarkan ke kelas dengan suasana hati yang bercampur aduk. Saya hanya diam saja, dan tidak mau menjawab pertanyaan teman saya apa yang tadi saya lakukan. Ingat, di sini saya punya teman lho.. tapi...
Absen, hal berikutnya yang sering saya lakukan. Tidak berangkat sekolah tanpa keterangan sudah sering saya lakukan sejak kelas 1 SD. Saking parahnya saya pernah hingga dikunci dikamar kakak saya hingga jam pulang sekolah. Satu-satunya alasan yang jelas akan hal ini mungkin adalah saya tidak suka berangkat sekolah. Tidak mengerjakan PR, berinteraksi secara kikuk dengan guru, terlambat, dan masalah-masalah lain yang sebenarnya bisa timbul dari diri saya sendiri menjadi sebab kebencian ini(LAME!). Muncul tekanan dan prasangka akan cibiran dan pengasingan karena jarang berangkat sekolah. Puncak kegilaan ini adalah ketika saya kelas 4 SD. Dikala sistem pendidikan menurut saya kala itu sangat tidak konsisten, dengan perubahan sistem kelas dan guru yang sebelumnya enak mengajarnya tidak jadi mengajar. Lalu tertinggal event-event dan pelajaran membuat semakin muak dan akhirnya semakin sering tidak berangkat. Hal ini pun membuat repot Ibu saya (maafkan daku Q_Q), yang pada akhirnya mencoba mencarikan saya sekolah lain yang mungkin lebih cocok. Sudah 3 sekolahan yang dicoba dan gagal semuanya. Sempat juga teman-teman satu kelas saya beserta wali kelas diundang ke rumah saya untuk silaturahmi dan mengajak saya supaya kembali masuk ke sekolah. Saya malu dan tidak mau bertemu mereka, bahkan hingga meronta-ronta yang justru mempermalukan diri saya sendiri. Berbagai bujukan Wali kelas beliau berikan, salah satunya adalah anak baru yang akan menjadi teman sebangku (saya sendirian kala itu, jumlahnya ganjil kayaknya) namun saya menolak untuk ke sekolah. Saat itu adalah saat yang sangat menyedihkan, terbesit dalam pikiran saya "Untuk apa aku ada di dunia ini."
Kebiasaan tidak berangkat sekolah ini pun berimbas lebih jauh ke sifat anti sosial saya. Saya dengan orang-orang sekitar rumah yang biasanya dengan mudah untuk berinteraksi menjadi sulit karena menghindari pertanyaan "Lho kok gak sekolah?". Hal ini menyebabkan saya lebih memilih menutup diri di rumah dan tidak bermain keluar.
Pencarian sekolah pun berlanjut, dengan sedikit enggan saya didaftarkan di SD yang dekat dengan rumah. Karena lelah saya tidak berusaha menolaknya dengan keras saat pertama kali masuk. Saya tetap sekolah di SD tersebut hingga lulus. Namun tidak semuanya berjalan mulus, saya tetap jarang masuk total lebih dari 1 bulan dan melakukan hal-hal memalukan di kelas yang seakan menjerit "Aku masih tidak ingin sekolah!". Hal-hal konyol tersebut adalah membuat suara mendecit bising dengan menggaruk-garuk meja, menangis dan minta ditunggu Ibu, dan lain-lain. Akhirnya datang akhir semester. Ujian pun pada akhirnya terpisah di ruang guru, tidak bersama anak-anak lain.
Semester baru pun mulai, saya pun pada akhirnya mencoba untuk menjalaninya. Teman-teman sekelas ternyata baik-baik semua. Walaupun tetap ada prasangka karena mereka tau hal gila yang saya lakukan semester kemarin. Tetapi mereka tidak mengungkit-ungkitnya. Walaupun ada sih yang mengungkitnya tetapi itu ketika saya sudah kelas 5 atau 6, dan keadaan mental sudah lumayan stabil.
Di sekolah baru ini, muncul prinsip konyol yang tidak seharusnya dijadikan prinsip, yaitu "Aku tidak punya sahabat di sini. Siapapun boleh menganggapku sebagai temannya tapi aku akan menganggap siapapun itu sebagai orang yang hanya sekedar saya kenal." Prinsip tersebut muncul karena ada teman sekelas yang terlihat sangat membenci saya, saya pernah membuat teman saya marah karena salah tuduh padahal kita sudah lumayan dekat, dan teman yang sudah saya kenal dari kecil adalah anak yang paling tidak disukai di kelas. Provokasi kecil seperti "dia itu pembohong lho" atau "dia itu nyindir kamu lho" membuat saya semakin memandang rendah suatu kehidupan sosial. Sekarang saya hanya bisa berpikir "How despicable me" ketika mengingat masa-masa itu.
Ada hal unik di kelas saya saat itu. Yaitu siswa-siswanya yang jauh lebih dugal dan liar. Beberapa siswa di sana sudah cukup tua sebagai siswa SMP bahkan SMA. Entah tidak naik kelas atau baru bisa melanjutkan sekolah setelah beberapa putus sekolah saya tidak tahu. Tidak baik ah terlalu banyak menerka-nerka (padahal itu yang sering saya lakukan). Walaupun mereka liar, tapi kelihatannya mereka seperti melindungi saya. Entahlah, mereka ramah dan baik. Walaupun saya sempat mendapat sebutan sebagai orang gila dari mereka dan saya tidak tersinggung karena mungkin sudah sepantasnya begitu ._.
Lanjut saja ke SMP karena kondisi saya sekarang sudah mengantuk >_> walaupun sebenaranya masih banyak yang ingin saya ceritakan. Masuk SMP dengan beberapa teman SD yang sudah saya kenal jadi tidak ada masalah yang terlalu berarti dengan interaksi sosial di sana. Saya masih bisa ngobrol dengan teman satu SD. Ada hal menarik lagi, yaitu saya satu kelas dengan beberapa teman SD saya yang lama. Entah mereka ingat kejadian saat itu atau tidak. Tapi ada satu yang kelihatannya sangat ingat yaitu anak baru yang seharusnya menjadi teman sebangku di SD lama. Dia langsung ramah dan bernada akrab dengan saya walaupun saya menanggapinya dengan biasa-biasa saja karena 'prinsip' tadi.
Menanggapi masalah sosial saya ini, ada event yang tak terlupakan. Terjadi ketika kelas 3, dan saat itu saya sudah bisa akrab dan bercanda dengan teman-teman walaupun hanya beberapa saja saya bisa seakrab itu. Ketika pelajaran fisika, Bu Guru memberikan intermezzo dengan guyonannya dan satu kelas pun tertawa walaupun agak garing (menurut saya). Karena garing, saya tidak tertawa dan Guru fisika tersebut heran kok saya gak tertawa sih, bisa-bisanya tanpa ekspresi gitu. Sempet tanya juga ke siswa lain kalaua saya ini punya temen nggak sih (mak jleb banget =w=). Keesokan harinya saya mendadak terkenal, beberapa siswa dari kelas lain terutama kelas yang wali kelasnya guru Fisika tadi menyapa saya dengan kalimat "Nawa, senyum dong." Beliau pun juga melakukan hal tersebut ke saya di pertemuan berikutnya dan bercerita tentang apa yang beliau katakan ke siswa-siswa lain. Dulu saya berpikir ah apa ini "how unpleasant", tapi sekarang setelah saya pikir lagi, seharusnya saya senang mendapat perlakuan seperti itu Q_Q.
Masa SMA, masa yang katanya adalah masa-masa yang tak terlupakan hingga tua. Mungkin ada benarnya, tapi di masa ini rasanya saya telah menekan tombol reset untuk kehidupan sosial saya. Mengingat saya bisa akrab di akhir - akhir masa SMP, saya mencoba untuk membuka lembaran baru. Walaupun sisa-sisa 'prinsip' busuk tersebut masih ada, perlahan mulai saya hilangkan. Hal yang amat menyenangkan saat itu mungkin amat sederhana yaitu 'diajak berkenalan'. Saya selalu terpikir "Aku belum pernah mengajak berkenalan sama sekali, akankah aku akan mengajak orang lain untuk berkenalan?" Walaupun nyatanya tidak hingga masuk kuliah.
Di SMA ini saya mendapat beberapa teman dekat. Ada empat serangkai, sebutan yang diberikan oleh kakak kelas kepada 4 orang yang hampir selalu bareng kemana-mana dan saya adalah bagian dari 4 orang itu. Walaupun pada akhirnya itu cuma menjadi sebutan yang tak berumur panjang, kami masih tetap teman. Ada juga beberapa teman lain yang dekat, bahkan akhirnya lebih dekat daripada 4 serangkai tadi. Ada yang sering mboncengin saya pulang padahal rumah saya lumayan jauh. Ada anak kos yang kosnya selalu dijadikan markas anak-anak lain. Ada anak cosplay. Ada orang-orang dengan segala keunikan dan keanehannya. Ya sepertinya teman-teman SMA saya kebanyak freak. (jangan tersinggung ya O_O). Tapi mereka adalah teman yang berhasil menghapus prinsip "saya tidak punya sahabat blablabla".
Setelah masa-masa ini saya mencoba untuk memperbaiki diri, walaupun masih susah untuk berinteraksi sosial. Ketika masuk kuliah pun saya hanya bisa let it flow dan mungkin di masa kuliah ini saya bisa lebih ekspresif dan berinteraksi dengan orang lain.
Kisah-kisah tersebut akhirnya bikin agak mbrambang pas lagi jalan melintasi kampus -_-. Tapi rasanya pikiran damai walaupun ada banyak kerjaan yang menghantui. Saya pun pulang ke rumah dengan naik bus, dan membiarkan memori ini menari-menari di benakku.
Mungkin ini saja curhatan saya =w= mohon maaf teman-teman yang saya singgung, serta mohon maaf bila ada kesalahan kata. Nama kelihatannya tidak saya sebutkan sama sekali, demi jaga privasi. Jangan termakan oleh judulnya ya, saya sudah tidak sepenuhnya begitu kok =3=. Sekian cerita absurd dari saya. ~<3 p="">

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Material dan Textures di Blender

Berikut ini saya akan memberikan sebuah tutorial sederhana tentang dasar Material dan texture di blender. Objek yang saya gunakan adalah meja dari tutorial dari blog tetangga yaitu sebuah meja. Tutorial membuat meja dapat dilihat di sini . Sebelum mencoba tutorial ini setidaknya sudah tahu dasar-dasar dalam blender . 1. Buka Blender dan pastikan bukan blender untuk membuat jus buah 2. Load file atau buat objek yang diinginkan untuk diberi material. Screenshot di bawah bisa diklik, dan saya beri sedikit tambahan berupa tembok lantai dan langit-langit. 3.Pertama, pemberian material. Saya ingin memberi warna coklat pada meja. Caranya adalah dengan mengeklik Meja di 3D view maupun outliner. Setelah itu buka tab material di properties editor di sisi kanan layar kerja. Karena objek sudah memiliki material, kita hanya perlu mengeditnya saja. Perlu diketahui objek ini berasal dari objek kubus yang merupakan objek bawaan, material dan textures-nya sudah di set. Kembali ke

Cara membuka blog

Hohuhahelulalueohuhuhihihamananarasaya! Ehm... maaf pembukaannya jelek, saya perbaiki ya. Assalamua'alaikum warahmatullahi wabaraktuh! Ienak-ienak, besok pagi kita kedatangan murid baru! Jadi...  maaf Intermezzo gak penting. Langsung ke inti permasalahan dunia maya yang sang bang mang. Artikel ini akan membahas cara membuka blog. Pentingkah? Penting jika dirasa penting, dan saya juga mempertimbangkan hal yang tak terduga yang saya temukan tentang blog saya. Hal ini disebabkan nama blog saya. di-buka.blogspot.com , blog aneh ini sudah ada sejak tahun 2008, jika dihitung dari post pertamanya. Namun sesungguhnya blog ini sudah ada satu tahun lebih awal, sekitar akhir tahun 2007. Karena kontennya cuma kopas dan digunakan untuk tugas sekolah, post blog tahun 2007 tersebut saya musnahkan! subdomain blog ini pun dulunya bukan di-buka. Saya sendiri juga sudah lupa apa namanya. :p. Sepertinya isi post ini belum membahas sesuai judulnya ya? Geho! Dengarkan dulu k

Bergerak Mengikuti Arah Angin

Yoha! Wilkommen: Pada akhirnya saya harus update blog ini juga. Setelah lama hiatus gak jelas blog ini perlu konten baru. Ah tapi harus diisi apa? hm... sulit juga. Saya pun memutuskan untuk membuat blog baru *lho. yha. Agak disayangkan memang, sudah bagus-bagus punya blog dengant traffic yang lumayan gini malah bikin baru. Isinya kayaknya bakal sama-sama random lagi. Ah tapi ya sudahlah. Saya bertujuan membuka lembaran baru. Kisah baru di sana. Kalau khalayak sekalian menyadari, ada link baru di pages saya. Nah itu blog baru saya. di klik ya nggak gigit kok ;) Terus mau diapakan blog ini? Tenang saja blog ini masih saya update kok. Ya update jarang-jarang seperti biasanya. Walaupun sesama random blog saya ini dengan yang satunya saya usahakan beda. Buat apa kalau isinya sama pakai bikin dua blog segala? Eh tapi buat apa juga ya kalau isinya sama-sama random. Whatever. Mungkin, mungkin ini sih. Blog ini bakal lebih ke masalah yang tidak berhubungan dengan project yang saya biki